Dr. Veryl Hasan merupakan dosen dan peneliti di bidang Ichtiologi dan Biodiversitas ikan air tawar Indonesia. Sebanyak lebih dari 50 artikel ilmiah internasional bereputasi yang telah diterbitkan oleh Dr. Veryl dalam 5 tahun terakhir. Beberpa artikel tersebut juga berkolaborasi dengan Dosen Universitas Bangka Belitung, Jurusan Akuakultur “Fitri Sil Valen, M.P. Dr. Veryl hasan juga penerima penghargaan sebagai peneliti muda dibidang perikanan tahun 2022 di Vietnam. Dr Veryl memberikan materi dengan tema “Iktiologi: instrument utama riset perikanan dan kelautan” pada acara Festkua.
Dr. Veryl mengawali materi dengan memperkenalkan para peneliti terdahulu ikan air tawar Indonesia, diawali dengan “Achille Valenciennes” yang telah mendata ikan air tawar Indonesia dari tahun 1794-1865. Sejak jaman penjajahan. Menurut Dr. Veryl, belajar ichtiologi artinya belajar sejarah. Banyak sejarahwan asing telah mendata ikan air tawar, setelah Valenciennes ada Georges Cuvier, Heinrich Kuhl, Van Hasselt, Pieter Bleeker, Max Weber. Kemudian beberapa peneliti modern ada Maurice Kottelat, Tan, Reny K. Hadiaty, Daniel Lumbantobing dan Yohanes Baptista.
Indonesia patutnya bangga karena memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, dimana Indonesia memiliki juga ikan air tawar terbesar didunia dan terkecil didunia.
Sebelum mendalami ikan air tawar, Dr. Veryl menyampaikan bahwa, setidaknya kita tahu penelompokan ikan air tawar, seperti; 1. ikan lokal yang sudah ada sejak awal evolusi mendiami suatu wilayah tertentu dan membentuk komunitas akuatik alami; 2. Ikan endemik yang penyebarannya terbatas disuatu wilayah atau terisolir secara geografi; 3. Ikan Asing/alien fishes yaitu ikan yang berasal dari luar wilayah distribusi alaminya yang dapat menimbulkan kerusakan secara ekosistem secara isidental namun belum menjadi wabah; 4. Ikan invasif yaitu ikan asing yang masuk kesuatu habitat dan telah menjadi wabah.
Bangka Belitung sendiri memiliki ke empat kelompok tersebut. Di Bangka sendiri terdapat 7 jenis ikan endemik yang hanya ada di Pulau Bangka dan bahkan ada di beberapa sungai atau di satu habitat saja di pulau Bangka. Contohnya Wild Betta burdigala dan Enchoclarias taipnopterus.
Dr. veryl hasan berharap mahasiswa UBB dapat mengenali dan mencintai ikan lokal dan ikan endemik Bangka Belitung, sudah saat nya ikan lokal dan ikan endemik dikembangkan dan menjadi topik penelitian. Karna pada kenyataannya selama ini yang dikembangkan dan menjadi komoditi penelitian adalah ikan invasif atau ikan alien. Padahal ikan lokal dan ikan endemik sudah mendunia, terkenal dengan keindahannya. Selain itu ikan tersebut juga lebih enak apabila dikonsumsi. Selain itu keberadaan ikan lokal dan endemik dapat dijadikan sebagai ekowisata seperti yang sudah dilakukan di sungai berantas. Jadi yang biasanya ikan tersebut ditangkap dan dijual, tapi setelah jadi ekowisata ikan tidak perlu ditangkap namun tetap dapat meningkatkan perekonomian warga setempat.
Selain konservasi di alam, domestikasi juga harus menjadi perhatian kita bersama, dalam domestikasi ada beberapa aspek yang harus di perhatikan yaitu reproduksinya, pakan, penyakit dan rekayasa lingkungan. Setelah menguasai empat hal ini maka kegiatan domestikasi ikan lokal dan endemik tidak akan sulit.
Dalam reproduksi kita dapat melakukan pemijahan alami dengan memanipulasi lingkungan atau pemijahan buatan dengan memanfaatkan hormonal. Kita juga dapat memproduksi sendiri pakan alami dan buatan. Untuk penyakit, kita dapat melakukan pencegahan, identifikasi pembuatan imonostimulan untuk mencegah terjadinya penyakit (virus, bakteri dan parasit) yang dapat menyerang ikan lokal dan ikan endemik.
Kemudian ada hal yang tidak kalah penting dari pengetahuan ikan lokal, endemik dan upaya konservasi dan domestikasi, yaitu “menulis”, karna ilmu yang kita dapatkan apabila tidak ditulis (dipublikasikan) maka akan hilang dalam masyarakat dan sejarah.
Penulis
Fitri Sil Valen dan Mustobi Prananda
